Labels

Thursday, February 24, 2011

Mengasihi Tuhan

Mengasihi Tuhan tidaklah sesederhana kata-kata
Mengasihi Tuhan memerlukan pengorbanan seutuhnya
Namun begitu mengasihi Tuhan tak seperti
Pungguk merindukan bulan

Walau banyak kehidupan begitu memimpikannya
Walau banyak bibir begitu mengakuinya
Namun siapa yang setia pasti akan
Disucikan, dimurnikan dan berkenan

Dapatkah yang terbatas memuaskan yang tak terbatas
Dapatkah yang sempurna dipuaskan oleh yang tak sempurna
Dapatkah yang termulia disenangkan oleh yang terhina
Dapatkah yang terbelenggu menolong yang merdeka

Oh Kehidupan... Oh Kebenaran...
Hanya Engkau yang mampu menjamin kami
Hanya Engkau yang menjamin kemampuan itu
Hanya dalam anugerah-Mu lah kami dapat mencapai
Garis akhir yang telah Engkau tetapkan dan
Menyelesaikan bagian kami yang terencana sejak semula

Di dalam-Mu lah kami hidup
Di luar-Mu lah kami terhilang

Berserah Pada Cinta Pertama

Satu kali ini, ya Tuhan
Biarlah aku jatuh cinta lagi
Biarlah aku tergila-gila lagi
Kepada diri-Mu

Begitu banyak hal indah
Mewarnai lembaran hidupku
Namun tidak ada yang lebih indah
Daripada mengasihi-Mu

Tawanlah hatiku, ya Tuhan
Menjadi tawanan Roh-Mu
Yang suci, yang kudus
Supaya aku terus menyertai-Mu
Kemana pun Engkau kehendaki

Sesungguhnya penderitaanku
Adalah anugerah-Mu
Karna hal yang termulia itu
Adalah menyatu dalam kematian-Mu

Satu kali ini, ya Tuhan
Biarlah aku memiliki lagi
Gelora api cinta-Mu
Yang senada seirama
Dengan detak jantung-Mu

Waktu yang demikian singkat
Sedang impian-Mu semakin kuat
Biarkan aku menuntaskan panggilan-Mu
Menjadi bagian dalam pilihan-Mu
Sampai Engkau mendapati aku
Setia dan berkenan di hati-Mu

Monday, February 21, 2011

Sejarah Karpet Merah & Perannya Menyambut Raja ke Yerusalem

Kita tentu tidak asing lagi dengan karpet merah selalu diigunakan bukan saja untuk menyambut tamu kenegaraan yang biasanya dilakukan pada upacara penyambutan tuan rumah terhadap tamunya, namun juga pada acara-acara yang terbilang akbar seperti acara penganugerahan terhadap para insan musisi di Amerika Serikat (Grammy Award), para insan perfilman (Cannes, Academy Award, Golden Globe, dll).

Dengan memperhatikan cara dunia menggunakan karpet merah untuk menyambut insan-insan yang dianggap pantas, maka kita tahu bahwa tidak sembarang orang yang dapat disambut dengan karpet merah. Atau dengan kata lain, orang yang disambut di atas karpet merah adalah orang-orang yang dianggap luar biasa, apapun alasan yang digunakannya saat itu.

Merah Bagai Darah
Akhir-akhir ini kita sebagai umat percaya di Indonesia digerakkan untuk berdoa menyambut dan menggelar karpet merah untuk Raja di atas segala raja Yesus Kristus datang kedua kalinya dari Indonesia menuju Yerusalem. Persis menyambutnya sebagai Raja Agung yang sangat berdaulat untuk memenuhi segala firman-Nya.

Seorang teman saya dalam celetuknya berkata, "Koq Tuhan Yesus kayak selebritis aja, sampai harus disambut dengan karpet merah?" "Lagi pula jika memang harus menggelar karpet kan gak mesti merah." Sejujurnya saya cukup emosi mendengar responnya yang sedemikian.

Tahukah Anda bahwa warna merah yang dipergunakan pada karpet untuk menyambut seorang yang dianggap mulia dan terhormat diinspirasi dari kisah pada Kitab 2 Samuel pasal 6. Saat itu Daud sempat gagal membawa tabut Allah ke Yerusalem, dan Daud sempat menitipkan tabut tersebut di rumah Obed-Edom, orang yang dengan notabene bukan bangsa Yahudi, namun menjadi sangat diberkati ketika selama 3 bulan tabut Allah bersemayam di rumahnya.

Untuk kedua kalinya Daud berusaha untuk membawa kembali tabut Allah ke Yerusalem. Namun kali ini dilakukan dengan cara yang berbeda. Selain dengan sikap hati dan tindakan yang penuh sukacita, setiap 6 langkah para pengangkut tabut berjalan, harus ada seekor lembu ditambah seekor anak lembu gemukan harus dikorbankan, sambil Daud menari-nari di hadapan Tuhan dengan sekuat tenaga.

Perlu Anda ketahui jarak dari rumah Obed-Edom hingga ke kota Yerusalem terbentang sekian kilometer. Jika jarak tersebut kita asumsikan sementara 10 kilometer, dan jarak tiap 6 langkah kira-kira 2 meter maka hari itu ada 5,000 ekor lembu dan 5,000 ekor anak lembu gemukan yang dikorbankan. Dapatkah Anda bayangkan berapa banyak darah yang tertumpah sepanjang tabut Allah tersebut dibawa? Dan kira-kira seperti apa napak tilas atau jalur yang dilalui oleh Daud beserta para pengusung tabut? Tentu jawabannya adalah seperti KARPET MERAH.

Jadi sejak awal, Tuhanlah yang mengilhami kebiasaan manusia di berbagai negara di seluruh dunia menggunakan karpet merah sebagai tanda penyambutan bagi orang yang dianggap penting dan terhormat pada posisinya.

Karpet Merah Sampai Ke Yerusalem
Lalu bagaimana kita menyambut dengan karpet merah bagi Yesus Tuhan dan Raja untuk sampai ke Yerusalem, untuk memenuhi impian-Nya menjadi nyata. Hal ini tak lain adalah doa kita, ketaatan dan kesetiaan kita, syafaat kita, dan berbagai macam bentuk pengorbanan kita lainnya sebagai darah yang tercurah mengiringi langkah Sang Raja sampai ke Yerusalem.

Sungguh bahwa ide menggelar karpet merah bagi Sang Raja bukanlah perkara yang enak dan menyenangkan bagi daging kita, namun itu semua berbicara tentang pengorbanan untuk menyenangkan hati-Nya, berjalan seirama dengan hati-Nya, dan pada akhirnya kita didapati setia.

Adakah kita ikut mengambil bagian dan relakah kita mempersembahkan segalanya bagi Raja kita mencapai impian-Nya menjadi kenyataan?

Saturday, February 19, 2011

Kisah Vas Bunga nan Indah di Tangan Tuhan Yesus

Ini adalah cerita yang agak jarang diceritakan ulang setelah acara Dream Comes True, Desember 2010 di JKI Injili Kerajaan - Semarang. Kisah ini dimulai dari mimpi / penglihatan supranatural yang dialami oleh Ev. Nany Susanty.

Adalah seorang, entah pria atau wanita, memiliki sebuah vas bunga yang sangat indah dan bagus sekali. Setiap temannya yang datang bertemu dengannya dan melihat vas bunga miliknya akan selalu memuji bahkan tak sedikit yang berdecak kagum. Dari sana pemiliknya makin menghargai, menyukai dan mencintai vas bunga indah tersebut.

Suatu ketika Tuhan Yesus datang menghampirinya dan meminta vas bunga indah tersebut. Pemiliknya sangat terkejut dan menjadi begitu dilema karena permintaan Tuhan tersebut. Dia mengerti maksud dari permintaan-Nya dan merasa sulit hatinya. Karena dia sadar tidak boleh mencintai apapun di dunia ini selain Tuhan, namun vas bunga tersebut begitu indahnya dan sangat memikat hati setiap orang.

Hatinya terus bergumul sekian menit, dan rasanya hatinya tak pernah sedemikian bimbang. Untuk memutuskan antara memberi atau tidak memberi saja, dia berjalan mondar-mandir puluhan kali. Tampak gusar dan kacau hatinya. Dan akhirnya dia menyerah di bawah kedaulatan Tuhan dan menyerahkan vas bunga tersebut ke tangan Tuhan.

Menurut kalian, apakah yang Tuhan Yesus perbuat dengan vas bunga yang indah tersebut?

Ya tepat sekali seperti dugaan beberapa saudara pada waktu itu, Tuhan Yesus langsung memasukkan vas bunga indah tersebut ke dalam sebuah penggilingan untuk dihancurkan. Memang vas bunga indah itu tidak berguna bagi Tuhan Yesus, Dia tidak bisa memakainya karena tidak sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.

Jika vas bunga indah itu dipakai maka yang akan tampil dan dilihat orang hanyalah vas bunga indah tersebut. Dan ketika Tuhan meletakkan berbagai hal yang luar biasa ke dalam vas bunga indah tersebut, orang akan menganggap bahwa memang sepantasnya karena keindahan yang luar biasa dari vas bunga itu.

Sementara gaya Tuhan Yesus adalah menggunakan bejana "buruk rupa" untuk menggelar berbagai perkara-Nya yang luar biasa, supaya dunia melihat Sang Penjunan daripada bejana yang dipakai-Nya.

THERE IS NO FLESH SHALL TAKE HIS GLORY AT ALL

About Windunatha

My photo
An ENTP Person. Saksi Terakhir Sebelum Segalanya Berakhir. One Of The Remnant In The Last Days.