Labels

Friday, May 31, 2013

Elia Dalam Sekilas Perenungan

"Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana." - 1 Raja-Raja 19:3

Elia memang seorang manusia biasa (Yakobus 5:17), namun saat itu aksinya sungguh luar biasa (1 Raja-Raja 18). Mulai dari menantang para nabi Baal, mengolok-olok mereka, mengundang para peragu Israel dengan membusungkan dada hingga api Tuhan dari langit datang menyambar dan membantai tanpa ampun seluruh nabi Baal yang kalah telak. Seorang manusia biasa dengan aksi yang sedemikian spektakuler, tentulah Tuhan Elohim yang menyebabkan semuanya ini. Dan ketika Izebel naik pitam karena para nabinya dihabisi, justru Elia yang berbalik sikap menjadi ketakutan setengah mati. Jika kita pikir sejenak, bagaimana mungkin Elia yang baru beraksi sedemikian gagah berani dalam waktu singkat berubah sikap begitu drastis? Alkitab mencatat bahwa ketakutan Elia bahkan membuat dirinya kabur karena takut kehilangan nyawa sampai ia lupa untuk menyertakan bujangnya dalam kepergiannya itu.

Saat itu Elia masih punya tugas lain yang belum tuntas. Membantai para nabi Baal adalah satu hal, menghadapi Izebel adalah hal yang berikutnya. Dan ternyata Elia "sudah kalah sebelum bertempur" dengan Izebel. Sampai dua kali Tuhan Elohim harus menguatkan dirinya melalui seorang malaikat, serta kembali mendidiknya sembari memberi petunjuk untuk tugas berikutnya. 

Dalam kebijaksanaan-Nya, Tuhan bertanya, "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?"

Dan dengan tidak tahu diri, Elia menjawab, "Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku."

Tuhan bersabar dan memberikan kesempatan sekali lagi setelah mencoba "menjelaskan" kepada Elia melalui topan, badai, gempa dan angin sepoi-sepoi. Dan untuk kedua kalinya, Tuhan bertanya, "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" Dan dengan kebodohan yang sama, Elia menjawab dengan jawaban yang sama pula.

Seandainya Alkitab bisa ditambahkan beberapa kalimat lagi, mungkin saat itu Tuhan akan menjawab, "That's it, Elia! Kamu pensiun dini sekarang juga karena telah terbukti bahwa kamu tidak bisa Aku pakai lagi!" Dan kenyataannya, Tuhan meminta Elia untuk melantik dengan mengurapi para penggantinya, yakni Hazael, Yehu dan Elisa. Itupun tidak ia kerjakan semua.

Saat itu dapat dikatakan bahwa kondisi kejiwaan Elia begitu kacau dan tidak dapat melihat kebenaran yang begitu jelas di depan mata, sebab Tuhan Elohim sendiri dengan gamblang mengantakan bahwa masih ada sekitar tujuh ribu orang yang tidak menyembah kepada Baal, namun Elia merasa hanya dirinya saja. Betapa jiwa ini sangat rentan tertipu, terjebak dan terjerat dalam ilusinya sendiri.

Seharusnya yang harus dijawab Elia, "Aku adalah hamba yang tak berguna, aku hanya mengerjakan apa yang harus aku kerjakan," sesuai dengan Lukas 17:10. Namun Elia menilai dirinya terlampau tinggi melebihi penilaian Tuhan, yakni seorang manusia biasa dengan Tuhan yang luar biasa. Namun ia merasa telah "berprestasi" cemerlang dengan membantai ratusan nabi Baal dan akhirnya bungkam bahkan kabur ketika harus menghadapi seorang Izebel.

Sekitar 3 bulan lagi, Gereja akan memasuki Tahun 5774 Ayin Dalet, sebuah masa inisiasi Pemerintahan Tuhan di bumi yang mengandung unsur penghakiman, ketertiban, kedisiplinan, ekonomi ilahi secara nyata. Sedangkan di sisi lainnya Gereja harus bersikap "Dalet", yakni menjadi miskin di hadapan Allah (Matius 5:3) untuk bisa terus sejalan dan seirama dengan Pemerintahan Tuhan. Tanpa hati hamba dan sikap yang sedemikian Hineni, maka perjalanan ke level berikutnya akan sangat berat bahkan terhenti. Biarlah kita semakin menyadari bahwa tidak ada yang begitu penting dan berarti di dalam hidup ini, selain Tuhan dan kehendak-Nya yang sempurna. Tidak nyawa kita, tidak pelayanan kita, tidak keluarga kita atau yang lainnya.

Untuk lebih memahami Ayin Dalet 5774, silakan baca di sini dan di sini.

Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.

Wednesday, May 15, 2013

Jurnal SHRK Mei 2013 - Hari Ke-2

Suka atau tidak suka, percaya atau tidak percaya, terima atau tidak terima, saat ini Gereja Tuhan dan dunia sudah mulai memasuki (maksimal) 7 tahun terakhir sebelum Pengangkatan dan Masa Tribulasi Besar. Ini akan menjadi 7 tahun yang paling spektakuler, 7 tahun yang paling sensasional, 7 tahun yang paling dramatis dalam sejarah manusia. Pertanyaannya, bagaimana kita sebagai Gereja dan sekaligus Mempelai-Nya mempersiapkan diri dan bersikap untuk menghadapi masa-masa paling menentukan ini?

Dibutuhkan sayap keintiman dan sayap keagungan (wing of intimacy and wing of greatness) untuk mampu terbang dan menaklukkan setiap tantangan dan berbagai perkara dalam 7 tahun ke depan. Tanpa keintiman yang selaras dengan hati Sang Raja, tidak akan pernah ada keagungan yang bisa dihasilkan untuk memenangkan pertempuran terbesar ini. Ini saatnya bagi Gereja dan Pasukan Akhir Zaman untuk bertindak sebagai imamat yang rajani, sebagai raja-raja-Nya, memerintah dengan otoritas, ketepatan, dan perkenanan sampai kemuliaan Tuhan nyata di seluruh bumi.

Belajar Dari Saul

"Sesudah itu engkau akan sampai ke Gibea Elohim, tempat kedudukan pasukan orang Filistin. Dan apabila engkau masuk kota, engkau akan berjumpa di sana dengan serombongan nabi, yang turun dari bukit pengorbanan dengan gambus, rebana, suling dan kecapi di depan mereka; mereka sendiri akan kepenuhan seperti nabi." - 1 Samuel 10:5

Ada beberapa hal yang patut kita perhatikan:

1. Bahwa ketika Tuhan mengurapi dan melantik Saul menjadi raja, hal itu BUKAN terjadi di Israel, melainkan di Gibea, Filistin, yang adalah daerah musuh. Dengan hal ini, Tuhan hendak menegaskan bahwa Gereja didaulat Tuhan bukan untuk menjadi penguasa yang pasif, yang hanya sekedar duduk-duduk atau menjalani hal-hal yang rutinitas. Gereja-Nya di Akhir Zaman ditakdirkan untuk menaklukkan dan menguasai dunia secara aktif dan agresif sesuai dengan kehendak-Nya .

2. Gambus, rebana, suling dan terutama kecapi merupakan lambang keintiman dalam hubungan dan penyembahan terhadap Sang Raja. Tanpa level keintiman tertentu, Gereja tidak akan mampu menyelesaikan destinynya dengan kuat.

3. Bahwa di Akhir Zaman, melalui keintiman yang sedemikian rupa, Gereja menjadi penakluk dan penguasa dengan unsur dan suara kenabian yang amat peka dan tajam, yang sesuai dengan apa yang hendak disampaikan-Nya. Ini bukan Gereja yang hidup dengan firman yang bersifat logos, namun yang kuat dengan rhema Roh Kudus-Nya. Unsur kenabian akan menjadikan Gereja berjalan dalam ketepatan sesuai dengan kehendak-Nya.

Namun Saul ternyata menjadi Gereja yang gagal sebab ia memilih untuk melihat dan mendengar apa yang tampak daripada melihat dan mendengar Tuhan yang nyata:

1. Saul menjadi khawatir ketika rakyat mulai meninggalkannya dalam penantian akan Samuel (1 Samuel 13:8-14), dan dengan sembrono dan bodoh ia melakukan apa yang bukan bagiannya, yakni mempersembahkan korban, yang seharusnya menjadi bagian Samuel.
2. Saul menjadi bebal dan berkhianat terhadap kehendak Elohim, ketika seharusnya ia menumpas habis semua orang Amalek, namun ia malah menangkap raja Agag hidup-hidup (1 Samuel 15).
3. Saul menjadi emosi ketika orang-orang membandingkan dia dengan Daud (1 Samuel 18:8).
4. Saul menjadi gemetar ketika melihat Goliat dan tentara Filistin (1 Samuel 28:5)

Saul sungguh merupakan gambaran kegagalan, kebebalan dan kebodohan Gereja yang mengerikan. Mentalitas seperti Saul tidak akan mungkin menjadikan Gereja sanggup menyelesaikan bagiannya di Akhir Zaman ini.

Kecapi, Keintiman & Kuasa

"Lalu jawab salah seorang hamba itu, katanya: 'Sesungguhnya, aku telah melihat salah seorang anak laki-laki Isai, orang Betlehem itu, yang pandai main kecapi. Ia seorang pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit, yang pandai bicara, elok perawakannya; dan TUHAN menyertai dia.'" - 1 Samuel 16:18

Alkitab mencatat bahwa keindahan Daud disebutkan pertama kali adalah pandai main kecapi, mendahului kemampuannya bermain pedang dan berperang. Mengapa bermain kecapi menjadi prioritas? Dalam bermain kecapi ada penyembahan kepada Tuhan, ada pencarian akan kehendak-Nya dan ada pengenalan akan Dia lebih lagi. Dan semua hal ini jauh lebih menentukan daripada kemampuan berperang, kepandaian bicara, perawakan yang elok bahkan penyertaan Tuhan. Kita harus mengerti bahwa penyertaan Tuhan BUKAN segalanya, melainkan perkenanan Tuhanlah yang paling menentukan.

"Berkatalah Elisa: 'Demi TUHAN semesta alam yang hidup, yang di hadapan-Nya aku menjadi pelayan: jika tidak karena Yosafat, raja Yehuda, maka sesungguhnya aku ini tidak akan memandang dan melihat kepadamu. Maka sekarang, jemputlah bagiku seorang pemetik kecapi.' Pada waktu pemetik kecapi itu bermain kecapi, maka kekuasaan TUHAN meliputi dia." - 2 Raja-Raja 3:14-15

Bukan hanya Daud yang mengerti, Elisa pun melakukan hal yang sama. Ketika masalah datang, yang pertama kali dilakukan Elisa adalah mencari pemain kecapi (karena Elisa tidak dapat bermain kecapi seperti Daud). Namun Elisa mengerti bahwa keintiman yang hendak dibangun melalui permainan kecapi akan mendatangkan kekuasaan Tuhan. Dan inilah yang seharusnya dilakukan Gereja dan Pasukan-Nya, karena dalam 7 tahun ke depan semua pemikiran dan kekuatan manusiawi tidak akan ada yang mampu dipakai sampai ke garis akhir dengan kuat.

Pepatah mengatakan, "Kecapimu adalah kekuatanmu." Kecapi tidak selalu berupa pujian dan penyembahan. Ada orang yang kecapinya dengan membaca Alkitab hingga beberapa puluh pasal dalam sehari setiap harinya. Ada orang yang kecapinya dengan meluangkan waktu bicara dari hati ke hati dengan Tuhan secara pribadi. Ada pula yang kecapinya dengan berpuasa lebih banyak, yang lainnya dengan menyelidiki firman dan sebagainya. Intinya adalah untuk membawa dirinya makin selaras dengan kehendak Tuhan di setiap kesempatan.

Orang-orang yang sudah semakin intim dan mengerti akan kehendak serta isi hati Tuhan, bahkan hanya dengan isyarat-isyarat tertentu ia akan mengerti apa yang dikehendaki Tuhan dalam setiap perkara. Namun konyolnya adalah ketika ada yang bersikap seperti Bileam, yang walaupun sudah mengerti jelas mau-Nya Tuhan, tapi masih bebal serta berani minta tanda tertentu yang sebenarnya tidak perlu karena memang sudah mengerti. Bileam menganggap kehendak Tuhan sebagai sesuatu yang bisa dinegosiasikan, dan ia melakukan negosiasi sedemikian rupa hingga Tuhan menjadi muak dan menyerahkan dirinya tewas di tangan musuh dan masuk Neraka.

Kecapi Nan Abadi

"Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus." - Wahyu 5:8

Tuhan di atas takhta-Nya dengan dikelilingi oleh keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua merupakan suatu pemandangan yang luar biasa, suatu kemuliaan yang tak terkatakan. Namun dalam keadaan yang sedemikian mulia, kecapi tetap selalu ada, keintiman merupakan paket yang terus melekat dan menyatu hingga pada kekekalan.

"Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api, dan di tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Elohim." - Wahyu 15:2

Dan jelaslah bahwa keintiman bersama dengan Elohim adalah satu-satunya jalan untuk mengalahkan apapun serangan dari binatang Antikristus di Akhir Zaman ini. Sungguh bahwa tanpa keintiman dengan Tuhan, tidak ada kemenangan, kemuliaan dan keagungan yang bisa dilahirkan untuk menggenapi semua kehendak-Nya.

Tuesday, May 14, 2013

Jurnal SHRK Mei 2013 - Hari Ke-1

Dua pesan khusus untuk hari-hari ke depan:

1. Lukas 10:18-20 - "Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga."

Di Akhir Zaman ini, Tuhan akan mengangkat Gereja dan umat-Nya untuk mencapai dan menduduki puncak-puncak kemenangan, penggenapan dan berbagai gunung dunia. Namun fokus kita yang terutama adalah tetap kepada perkenanan-Nya, TIDAK menjadi heboh atau terlalu terpesona dengan semua kejadian yang telah dan akan terjadi dalam segala mujizat dan keajaiban. Sebab memang bukan kepada semua itu kita berfokus. 

2. Khusus untuk para wanita, terutama para istri, sadarilah bahwa tugas kalian sebagai PENOLONG. Penolong dibutuhkan saat (suami) yang ditolong sedang "sekarat", BUKAN menuntut suaminya selalu sempurna. Belajar menjadi seperti Rut yang punya kesetiaan dan mental memberi yang sedemikian rupa sesuai dengan yang tertulis dalam Rut 1:16-17.

"Tetapi kata Rut: 'Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!'"

About Windunatha

My photo
An ENTP Person. Saksi Terakhir Sebelum Segalanya Berakhir. One Of The Remnant In The Last Days.