Labels

Thursday, March 24, 2016

What Is the Enemy Attacking In Your Life? (Bahasa Indonesia)

Shallom Saudara-Saudari Yang Terkasih,

Saya bersyukur bahwa ada seorang hamba-Nya, seorang nabiah, yang dipakai Tuhan untuk memberkati kita dengan pengajaran yang Tuhan wahyukan melalui dirinya, Glynda Linkous. Saya pribadi telah menikmati pengajaran beliau dari blognya, Wings Of Prophecy selama sekitar 2 tahun ini. 

Pada kesempatan kali ini, beliau menyampaikan sebuah materi pemetaan atas serangan musuh yang sering kali menyerang anak-anak dan Pasukan Tuhan. Saya sungguh diberkati dengan pengajarannya kali ini dan saya yakin Tuhan ingin Anda juga mengetahuinya sehingga kita bisa semakin siap menghadapi peperangan besar di penghujung waktu ini. 

Harapan saya, dengan pewahyuan ini maka kita semakin unity, memandang sesama saudara seiman kita sebagai rekan seperjuangan di dalam Kerajaan Allah dan bukan menghakimi mereka yang sedang jatuh karena berbagai serangan yang sedang diderita, melainkan menolongnya dalam doa dan syafaat.

Sumber tulisan: 


The Lord reminded me this morning that the enemy always attacks what he fears most in us, and He said this is what has been happening in this most recent wave of attacks.

Tuhan mengingatkan saya pagi ini bahwa musuh selalu menyerang apa yang paling ia takuti di dalam kita, dan Ia berkata bahwa ini yang sedang terjadi pada gelombang serangan hari-hari ini.

If you are suffering in this wave of attacks, you can defeat them by discerning what he is attacking.

Jika Anda menderita dalam gelombang serangan ini, Anda dapat mengalahkannya dengan memilah jenis serangannya.

For Examples – Find Your Gifts Below

Sebagai Contoh - Temukan Karunia Anda Di Bawah Ini

Gift: Witnessing / Your Testimony - If you are anointed to witness for Christ, he will attack your credibility – by getting you into sin.

Karunia: Bersaksi / Kesaksian Anda - Jika Anda diurapi untuk bersaksi bagi Kristus, ia akan menyerang kredibilitas Anda - dengan cara menjatuhkan Anda ke dalam dosa.

Gift: Intercession - If you are anointed to pray and intercede for others, he might try to distract you from prayer, cause strife with family members so you can’t focus on praying, or attack your faith in God to answer.

Karunia: Bersyafaat - Jika Anda diurapi untuk berdoa dan besyafaat bagi orang lain, ia mungkin akan mencoba mengalihkan Anda dari doa, menimbulkan percekcokan atau perselisihan dengan anggota keluarga sehingga Anda tidak fokus berdoa, atau menyerang iman Anda kepada Tuhan untuk menjawab doa Anda.

Gift: Teaching & / or Prophesying - If you are anointed to teach His Word or prophesy, he might distract you with financial difficulties, strife with family members, or family members getting into trouble or going through crisis. He might try to distract you from studying the Word and praying, or try to make you doubt what you hear from Him. He will attack your faith for sure.

Karunia: Mengajar dan / atau Bernubuat - Jika Anda diurapi untuk mengajar Firman-Nya atau bernubuat, ia akan menyerang dengan kesulitan keuangan, percekcokan dengan anggota keluarga, atau anggota keluarga terjebak dalam masalah atau mengalami krisis. Ia mungkin mencoba mengalihkan perhatian Anda untuk mempelajari Firman dan berdoa, atau mencoba untuk membuat Anda ragu akan apa yang Anda dengan dari Tuhan. Ia akan menyerang iman Anda pastinya.

Gift: Helps - If you are anointed to help others (the anointing of Helps), he might try to distract you by highlighting the ways you yourself are in need, or place thoughts in your mind that the people you are helping are somehow “unworthy” or helping. He might attack the sources you receive funding or other helping resources from.

Karunia: Pertolongan - Jika Anda diurapi untuk memberi pertolongan kepada orang lain (urapan Pertolongan), ia mungkin mencoba untuk mengalihkan Anda dengan menyoroti atau mengingatkan bahwa Andapun sedang memiliki kebutuhan, atau menempatkan pemikiran bahwa orang yang Anda tolong kadang "tidak layak" untuk di tolong. Ia juga menyerang sumber dari mana Anda menerima pendanaan atau sumber lainnya.

Healing - He will attack your body, again and again. He will attack your faith, because faith is the very basis of this gift, and he will attack your credibility, by luring you into sin.

Mujizat Kesembuhan - Ia akan menyerang tubuh Anda, lagi dan lagi. Ia akan menyerang iman Anda, karena iman adalah yang paling dasar dari karunia ini, dan ia akan menyerang kredibilitas Anda, dengan cara memikat Anda jatuh ke dalam dosa.

Gift: Pastor - If you are a Pastor, he will definitely attack your credibility by trying to entice you to sin. He will try to distract you from prayer, study, and ministering to your congregants. He will attack your funding sources and try to make you look bad to your congregants by planting judgmental thoughts in their minds.

Karunia: Penggembalaan - Jika Anda seorang gembala, ia secara pasti akan menyerang kredibilitas Anda dengan menggoda Anda jatuh ke dalam dosa. Ia akan mengalihkan perhatian Anda dari doa, belajar, dan pelayanan kepada jemaat Anda. Ia akan menyerang sumber pendanaan Anda dan mencoba membuat Anda terlihat buruk di hadapan jemaat Anda dengan cara menanamkan benih mentalitas menghakimi dalam pikiran mereka.

There are many ways he can attack us, but Jesus has already defeated every single one of them. We need to find out the reasons behind his attacks so we can cancel them. Example: Is he attacking your gifts or your ministry? Is he attacking you personally, or attacking your family? You need to determine what is being attacked so you can cancel the attack itself and render it powerless by the mighty Name of Jesus. 

Ada begitu banyak cara ia menyerang kita, tapi Yesus sudah mengalahkan setiap mereka. Kita perlu mencari tahu alasan atau penyebab ia menyerang sehingga kita dapat menggagalkannya. Contoh: Apakah ia menyerang karunia Anda atau pelayanan Anda? apakah ia menyerang diri Anda sendiri, atau menyerang keluarga Anda? Anda perlu menentukan apa yang sedang diserang sehingga Anda dapat mengagalkannya dan menjadikan serangan itu tak berkuasa dalam Nama Tuhan Yesus.

1 Peter 5:8 - Be sober, be vigilant; because your adversary the devil, as a roaring lion, walketh about, seeking whom he may devour:

"Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." - 1 Petrus 5:8

Glynda Linkous
March 23, 2016

Thursday, March 10, 2016

Standar Mempelai Kristus

"Jawab Yesus: 'Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikitpun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.'" - Yohanes 8:54-56

Ketika Tuhan Yesus menjalani pelayanan-Nya di bumi dan Tanah Permai Israel, Ia begitu mempromosikan Abraham, bukan sekedar sebagai hamba-Nya, namun juga sebagai rekan dan sahabat yang kepadanya Tuhan mengadakan perjanjian abadi dengan ikat sumpah yang sedemikian kuat. Melalui perjanjian itulah Israel dan segala bangsa dimampukan untuk menerima janji keselamatan dan kekayaan sorgawi lainnya di dalam Kristus Yesus.

Apa yang menyebabkan Abraham begitu layak untuk Tuhan jadikan mitra abadi dalam perjanjian yang begitu luhur dan sumpah setia Tuhan? Tentu tidak lain adalah karena kesetiaan Abraham yang telah teruji hingga ia rela mengorbankan Ishak, anak perjanjian, lebih dari 4.000 tahun yang lalu di tanah Moria. Dan demikianlah sebagian dari perjanjian sumpah Tuhan kepada Abraham,

"Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham, kata-Nya: 'Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri--demikianlah firman TUHAN--:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku.' Kemudian kembalilah Abraham kepada kedua bujangnya, dan mereka bersama-sama berangkat ke Bersyeba; dan Abraham tinggal di Bersyeba." - Kejadian 22:15-19

Jika kita membaca sekilas akan bagian akhir kisah Abraham mempersembahkan Ishak, maka kita akan memperoleh kesan bahwa akhir kisah tersebut adalah sebuah happy ending. Namun apa yang berikutnya terjadi sesungguhnya adalah sebuah tragedi yang memilukan yang menimpa keluarga Abraham. Mengapa? Sebab sejak saat itu Abraham tidak lagi kembali kepada isterinya, Sarah. Konon ketika Sarah mengetahui bahwa Ishak sempat dikorbankan, Sarah menolak untuk tinggal bersama Abraham hingga hari kematiannya. Dan bukan hanya itu, keretakan hubungan Abraham dan Sarah pun menimbulkan trauma yang cukup mendalam bagi sang anak perjanjian, Ishak.


"Sarah hidup seratus dua puluh tujuh tahun lamanya; itulah umur Sarah. Kemudian matilah Sarah di Kiryat-Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan, lalu Abraham datang meratapi dan menangisinya." - Kejadian 23:1-2

Jadi sementara Abraham tinggal di Bersyeba, sesungguhnya Sarah tinggal di Hebron hingga hari kematiaannya. Itu sebabnya disebutkan bahwa Abraham datang meratapi dan menangisinya, BUKAN Abraham meratapi dan menangisinya. Mengapa ada kata datang? Sebab saat itu Abraham memang tidak bersama Sarah. 

Sampai di sini, sadarkah kita apa saja resiko dan akibat yang bisa terjadi ketika seorang abdi Tuhan begitu setia mengikuti segala jalan-Nya bahkan ketika jalan itu harus menjadi sangat ekstrim dan tidak masuk akal? Orang awam yang tidak mengerti kemungkinan besar akan protes dengan berkata, "Kenapa ikut Tuhan malah mengalami tragedi dan kemalangan hingga jadi batu sandungan seperti ini?" Di titik ini tidak ada orang lain yang bisa tahu dan paham apa yang sebenarnya sedang terjadi, kecuali Tuhan dan orang yang kepadanya Tuhan sedang berurusan.

Dan jika kita renungkan lebih dalam lagi akan sikap Sarah, sungguh sebuah tragedi, namun bukan karena ia berpisah dengan Abraham sampai hari kematiannya, melainkan karena Sarah tidak bisa mengikuti puncak kehendak Tuhan bagi suami sekaligus tuannya, Abraham. Padahal selama sekian puluh tahun Sarah mengalami begitu banyak berkat, kelimpahan, mujizat dan perjalanan bersama Abraham dan Tuhan. Sarah bahkan yang sudah mati haid bisa mengandung dan melahirkan Ishak. Namun ternyata setelah semuanya itu, Sarah tidak bisa menangkap kehendak Tuhan seutuhnya, sedangkan Abraham dengan hati hineni menggenapi dalam cinta dan kerelaan untuk mengorbankan Ishak.

Standar Mempelai Kristus

Oleh karena hal ini semua, Tuhan Yesus mempromosikan Abraham sedemikian rupa kepada bangsa Israel pada waktu itu. Ada ikatan yang begitu kuat dan abadi antara Tuhan dengan Abraham, yakni ikatan persahabatan dan cinta agape sebagai kekasih Tuhan. Dan standar yang sama, yang telah dilalui Abraham sebagai kekasih-Nya, itulah yang Tuhan Yesus gariskan kepada murid-murid-Nya,

"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya." - Matius 10:34-39

Standar tersebut bukan diucapkan oleh Allah, juga bukan oleh Roh Kudus, melainkan oleh Anak Manusia, Tuhan Yesus Kristus, yakni Sang Mempelai Pria kepada Calon Mempelai Wanita-Nya, yakni kita sebagai Gereja Tuhan. 

Standar ini berkata bahwa jika seseorang mengasihi keluarganya lebih daripada Tuhan, maka itu sama dengan tidak memikul salibnya, sama dengan takut kehilangan nyawanya dan tidak layak menjadi Mempelai-Nya. Dan ini memang standar ekstrim, standar Mempelai Kristus, standar bagi mereka yang menghendaki ikut terangkat pada Hari Pengangkatan (rapture), standar Ruang Mahasuci, dan bukan standar halaman Bait Suci. Relakah kita terus dibawa naik hingga kepada titik Ruang Mahasuci itu, di mana terjadi perjumpaan muka dengan muka dengan Yang Mahasuci dalam segala kemuliaan-Nya?

Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.

Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.

Tuesday, March 8, 2016

Mengangkat Perjanjian Vs. Mengungkit Jasa

Sewaktu saya sedang belajar mengenai covenant dan covenant money melalui hamba-Nya, Pdt. Petrus Agung Purnomo di Seminar Hukum Roh dan Kehidupan (SHRK) minggu lalu, tiba-tiba Roh Tuhan mengajak bicara dari sisi lain, "Nak, lawan kata atau kontra dari tindakan mengangkat perjanjian adalah mengungkit jasa. Pelajari apa yang dilakukan Hizkia, dia tidak mengangkat perjanjian, melainkan mengungkit jasa, dan perhatikan akibat perbuatannya itu."

"Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini." - Ulangan 8:18

Sebelum kita menyadari apa arti mengungkit jasa, mari kita cermati lebih dulu apa yang disebut dengan mengangkat perjanjian. Bahwa bahasa Tuhan mengandung hukum dan kuasa dan ketika hal itu disampaikan kepada umat manusia, baik secara individu maupun secara kolektif, bentuk yang diterima oleh umat-Nya adalah berupa perjanjian. 

Dan Allah berfirman: "Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya: Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi. Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan, maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup. Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi." - Kejadian 9:12-16

"Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: "Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat." - Kejadian 15:18

"Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: 'Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan.' Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: 'Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini.'" - Keluaran 24:8

"Sebab TUHAN, Allahmu, adalah Allah Penyayang, Ia tidak akan meninggalkan atau memusnahkan engkau dan Ia tidak akan melupakan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu." - Ulangan 4:31

Dan daftarnya masih amat panjang mengenai hukum perjanjian ini. Bahkan sikap Tuhan menjunjung tinggi arti sebuah perjanjian hingga Ia meminta dibuatkan sebuah wadah khusus untuk menyimpan semua perjanjian-Nya, yakni Tabut Perjanjian, Ark of The Covenant.

"Dalam tabut itu tidak ada apa-apa selain dari kedua loh batu yang diletakkan Musa ke dalamnya di gunung Horeb, yakni loh-loh batu bertuliskan perjanjian yang diadakan TUHAN dengan orang Israel pada waktu perjalanan mereka keluar dari tanah Mesir." - 1 Raja-Raja 8:9

Mengungkit Jasa

Jadi sesungguhnya bahasa perjanjian merupakan bahasa iman, sebab hanya dengan imanlah maka apa yang dijanjikan dan yang difirmankan menjadi daging dan menjadi nyata dalam kehidupan. Namun sebaliknya, ketika hati seseorang menyimpang dan mulai mengandalkan kekuatannya, maka ia akan bertindak dengan mengungkit jasa. Contoh paling jelas adalah dari kehidupan raja Hizkia ketika Tuhan hendak memutuskan untuk mengakhiri usianya.

"Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: 'Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi.' Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN: 'Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu.' Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat." - 2 Raja-Raja 20:1-3

Saat itu Hizkia mencoba memohon dan membujuk Tuhan untuk diberi pertambahan usia, dan memang Tuhan mengabulkan permohonannya. Namun yang menjadi dasar permohonan Hizkia adalah jasa-jasanya, kesetiaannya dan ketulusannya yang semu selama hidupnya itu. Bandingkan dengan cara Musa menguatkan hati Yosua sebagai berikut,

"Lalu Musa memanggil Yosua dan berkata kepadanya di depan seluruh orang Israel: 'Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan masuk bersama-sama dengan bangsa ini ke negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyang mereka untuk memberikannya kepada mereka, dan engkau akan memimpin mereka sampai mereka memilikinya. Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.'" - Ulangan 31:7-8

Musa menguatkan Yosua dengan mengingatkan apa yang sudah dijanjikan Tuhan dan hal itu menjadi dasar utama perjalanan Yosua dan bangsa Israel berikutnya. Dan oleh karena mengingat perjanjian itulah maka Yosua bisa berhasil dan sukses mambawa masuk dan menduduki Tanah Perjanjian itu.

Sedangkan yang berikutnya terjadi ketika permohonan yang cacat dari Hizkia dikabulkan Tuhan, maka Hizkia menjadi bangga dan sombong ketika ia memperoleh perpanjangan usia sebanyak 15 tahun. Minimal ada dua hal yang amat buruk dan jahat yang terjadi setelah itu, yakni:

1. Hizkia menjadi bangga bahwa jasanya diperhitungkan Tuhan, kebanggaannya menjadikan ia begitu sombong hingga ia memamerkan seluruh kekayaan dan kemuliaan yang ada di dalam Kerajaan Yehuda kepada utusan Babel. Atas keteledoran Hizkia yang sangat konyol ini, maka hal ini menjadi salah satu faktor yang akan menyebabkan Kerajaan Yehuda harus menyusul mengikuti Kerajaan Israel, yakni mengalami pembuangan ke Babel selama 70 tahun.

"Lalu Yesaya berkata kepada Hizkia: 'Dengarkanlah firman TUHAN! Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN. Dan dari keturunanmu yang akan kauperoleh, akan diambil orang untuk menjadi sida-sida di istana raja Babel.'" - 2 Raja-Raja 20:16-18

Betapa mengerikan nubuatan nabi Yesaya saat itu, demi merespon kebodohan seorang raja Yehuda yang begitu ceroboh. Dan memang tidak sampai satu abad kemudian, Kerajaan Yehuda harus takluk di bawah kekuasaan raja Babel, Nebukadnezar.

Sisi yang tidak kali menarik lainnya adalah apa yang tertulis dalam Kitab Daniel pasal yang ke-4, ketika melalui mimpi dan penjelasan Daniel, raja Nebukadnezar telah diperingati Tuhan untuk tidak menjadi bangga atas semua kemegahan yang boleh terjadi di Kerajaan Babel. Namun peringatan itu hanya diindahkan selama setahun saja, sebab setelah itu, Nebukadnezar tidak mampu menguasai dirinya untuk berbangga diri,

"Semuanya itu terjadi atas raja Nebukadnezar; sebab setelah lewat dua belas bulan, ketika ia sedang berjalan-jalan di atas istana raja di Babel, berkatalah raja: 'Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?' Raja belum habis bicara, ketika suatu suara terdengar dari langit: 'Kepadamu dinyatakan, ya raja Nebukadnezar, bahwa kerajaan telah beralih dari padamu; engkau akan dihalau dari antara manusia dan tempat tinggalmu akan ada di antara binatang-binatang di padang; kepadamu akan diberikan makanan rumput seperti kepada lembu; dan demikianlah akan berlaku atasmu sampai tujuh masa berlalu, hingga engkau mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya!'" - Daniel 4:28-32

Ketika Nebukadnezar membuat patung, meminta seluruh negeri menyembah patung tersebut, mengancam bahkan menghukum Sadrakh, Mesakh dan Abednego ke dapur api karena menolak menyembah patung, Tuhan sama sekali tidak menghukum raja lalim ini. Namun ketika dia hanya sekedar bergumam di dalam hati akan kebanggaannya yang semu itu, maka Tuhan sekonyong-konyong menjawab dari langit dan seketika itu juga hukuman atas Nebukadnezar berlangsung selama 7 masa. Mengapa demikian? Sebab Nebukadnezar mengungkit dan menghitung jasanya di hadapan Tuhan Yang Mahatinggi. Betapa dahsyatnya perkara ini.

2. Dua raja Yehuda berikutnya setelah Hizkia, yakni Manasye dan Amon, merupakan raja-raja yang amat jahat dan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Kepada Manasye disebutkan bahwa kekejiannya melebihi orang Amori, sedangkan Amon dibunuh oleh para pegawainya, artinya saat itu telah terjadi pergolakan politik yang amat dahsyat hingga merenggut nyawa rajanya.

Kelahiran Manasye merupakan buah dari perpanjangan usia Hizkia, yakni pada tahun ke-3 dari perpanjangan usia tersebut. Namun ternyata Hizkia tidak mendidik penerus takhtanya dengan benar, sehingga selama 55 tahun berikutnya, Kerajaan Yehuda diliputi kegelapan di bawah pemerintahan raja Manasye.

Mentalitas Pekerja Upahan

Apa yang sebenarnya Tuhan ingin kita pahami dan sadari melalui pewahyuan ini? Sederhananya adalah bahwa kepada kita dihadapkan pilihan, yakni mentalitas Kerajaan Allah atau mentalitas pekerja upahan. Orang yang mengerti gaya dan pola Tuhan, tentu mengerti bahasa Kerajaan dan pola pikir Kerajaan pula. Ia mengerti legalitas dan cara firman dan iman bekerja untuk mendatangkan kebaikan.

Sedangkan mereka yang memiliki mentalitas pekerja upahan, cenderung bertindak berdasarkan kebutuhan, berdasarkan perbuatan baik, hitung menghitung jasa dan mengungkit-ungkit jasa-jasanya sendiri. Mereka yang dari golongan ini tidak bisa mengenali bahasa Kerajaan, tidak memahami perjanjian-perjanjian yang Tuhan berikan, bersikap pragmatis seperti Esau yang hanya berpikir untuk hidup hari ini lalu mati dan tidak mengerti warisan ilahi yang Tuhan sediakan.

Dan perhatikan apa yang sudah Tuhan Yesus katakan tentang mereka yang adalah para pekerja upahan itu,

"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" - Matius 7:21-23

Perhatikan apa yang terjadi ketika Tuhan menolak mereka, para pekerja upahan itu, mereka mengungkit jasa-jasa mereka dan menganggap semua itu adalah perbuatan mereka, padahal semua itu adalah hanya anugerah-Nya semata karena perjanjian dan kesetiaan Tuhan.

Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku: Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun.

Janganlah berikan nyawa merpati-Mu kepada binatang liar! Janganlah lupakan terus-menerus nyawa orang-orang-Mu yang tertindas! Pandanglah kepada perjanjian, sebab tempat-tempat gelap di bumi penuh sarang-sarang kekerasan. Janganlah biarkan orang yang terinjak-injak kembali dengan kena noda. Biarlah orang sengsara dan orang miskin memuji-muji nama-Mu.

Marilah kita menggabungkan diri kepada TUHAN, bergabung dalam suatu perjanjian kekal yang tidak dapat dilupakan!

Wednesday, March 2, 2016

5777 & 2017 Dalam Sekilas Perenungan: Akhir Dari Zaman Gereja Tuhan

Sore ini tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya akan berita atas kejatuhan beberapa hamba Tuhan senior yang sempat saya terima beberapa hari sebelumnya, dan sambil mengingat kembali akan hal itu, saya bergumam, "Tuhan, inikah akhir dari Zaman Anugerah itu? Inikah akhir dari Pemerintahan-Mu melalui Gereja-Mu?"


Dan tiba-tiba Roh Kudus-Nya mengingatkan kembali mengenai tahun 5777 (dimulai saat matahari terbenam tanggal 2 Oktober 2016) & 2017 nanti. Bahwa kepada saya pribadi, Tuhan menyebut tahun tersebut sebagai Tahun Lembah Penentuan. Ps. Steve Cioccolanti menyebutnya sebagai The Mega Prophetic Year. Berikut ini beberapa alasannya:

1. 2017 merupakan Tahun Yobel spesial, yakni genapnya 50 tahun re-unifikasi Kota Kuno Yerusalem (Timur) dengan negara Israel.

2. 2017 juga genapnya 70 tahun resolusi PBB untuk berdirinya kembali negara Israel, 29 November 1947, yang disusul dengan pernyataan resmi atas berdaulatnya negara tersebut pada 14 Mei 1948.

3. 2017 juga berbicara tentang genap 100 tahun runtuhnya kekuasaan Ottoman Turki yang telah menguasai Kota Kuno Yerusalem selama 400 tahun sebelumnya. Turki mulai menduduki Yerusalem dan Israel sejak tahun 1517.

4. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah 2017 merupakan genapnya 500 tahun Reformasi Gereja yang diprakarsai oleh Martin Luther. 

Saya percaya bukan kebetulan bahwa tahun 1517 merupakan tahun yang sama ketika Yerusalem dan Israel mulai dikuasai oleh Ottoman Turki dan sekaligus bertepatan berakhirnya Masa Kegelapan Gereja yang diawali dengan gerakan reformasi oleh Martin Luther tersebut.

Kita harus memahami bahwa Israel dan Gereja merupakan "dua sisi koin" yang takkan terpisahkan, yang memiliki legalitas sedemikian rupa atas perjanjian (covenant) antara Tuhan dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Jadi sesungguhnya tidaklah mengherankan dan bukan sebuah kebetulan jika Tuhan menyebut tahun 5777 dan 2017 sebagai Tahun Lembah Penentuan.

"Bergeraklah dan datanglah, hai segala bangsa dari segenap penjuru, dan berkumpullah ke sana! Bawalah turun, ya TUHAN, pahlawan-pahlawan-Mu! Baiklah bangsa-bangsa bergerak dan maju ke lembah Yosafat, sebab di sana Aku akan duduk untuk menghakimi segala bangsa dari segenap penjuru. Ayunkanlah sabit, sebab sudah masak tuaian; marilah, iriklah, sebab sudah penuh tempat anggur; tempat-tempat pemerasan kelimpahan, sebab banyak kejahatan mereka. Banyak orang, banyak orang di lembah penentuan! Ya, sudah dekat hari TUHAN di lembah penentuan!" - Yoel 3:11-14

Jadi apa yang menjadi prioritas untuk disadari menjelang detik-detik yang paling menentukan ini? Dari sejak saat ini masih ada sekitar 1 - 1,5 tahun bagi Gereja Tuhan. Angka 5 memiliki makna anugerah dan kasih karunia, sedangkan angka 50 memiliki arti Yobel, pembebasan, pelipatgandaan anugerah. Namun 500 tahun Reformasi Gereja merupakan puncak kegenapan bagi Gereja Tuhan memerintah bersama dengan Tuhan di bumi ini.

Pertanyaannya, apakah Gereja Tuhan telah memiliki tuaian yang cukup dan buah yang lebat bersamaan dengan genapnya 500 tahun itu? Karena ketika 500 tahun ini tergenapi, maka genaplah masa bagi Gereja Tuhan mengisi Cawan Kebaikan atau Cawan Jiwa-Jiwa atau Cawan Injil. Dan adalah tanggung jawab Gereja Tuhan untuk penentuan atau penghakiman itu tidak sampai pada sebuah kata final, "Ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan," karena tuaian dan buah yang ada jauh dari yang diharapkan.

Saya bersyukur sebab selama belasan tahun terakhir ini di berbagai belahan dunia dan melalui berbagai cara Tuhan yang begitu ajaib, kegerakan Roh Tuhan atau yang juga disebut Pentakosta Ketiga sudah semakin meningkat, dan tuaian juga semakin banyak. Namun apakah sampai saat ini Gereja Tuhan semakin mendekati standar yang Tuhan harapkan atau justru semakin jatuh menjauh karena lengah dan terlena oleh berbagai distorsi?

Sungguh di roh saya merasakan ada urgensi besar, sebuah penentuan final bagi Gereja Tuhan menjelang genapnya 500 tahun Reformasi Gereja di 2017 nanti. 

Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.

Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.

About Windunatha

My photo
An ENTP Person. Saksi Terakhir Sebelum Segalanya Berakhir. One Of The Remnant In The Last Days.