Labels

Wednesday, November 30, 2016

Glorious Time 5777 - 2017: Salomo (שְׁלֹמֹה) - Beyond Human, Yedideyah (יְדִידְיָה) - Beyond History

Ucapan ilahi untuk Glorious Time Ayin Zayin 5777 - 2017,

Mereka pikir dengan ber-Salomo maka mereka bisa berjaya dan menguasai dunia. Padahal Yesus sendiri telah berfirman bahwa pada ujungnya (Jemaat Laodikia), yang dikehendaki adalah menjadi Yedideyah-Yedideyah-Nya, supaya memiliki kapasitas untuk ikut memanifestasikan kemuliaan demi kemuliaan yang belum pernah ada sebelumnya.


Bukan saja sekedar beyond human, namun juga BEYOND HISTORY! Itu sebabnya kita menjerit dan berkata, "Nyatakanlah lagi lebih daripada yang dahulu! Ya Tuhan, nyatakanlah lagi lebih daripada yang dahulu!"

Dan itu hanya bisa dirampungkan oleh mereka yang tidak lagi menegosiasikan apapun yang dikehendaki Sang Raja. Merekalah Jedidiah-Jedidiah Akhir Zaman. Yang termulia, yang disembunyikan dan yang akan segera dinyatakan TANPA seorangpun bisa membantahnya. Yang menjadikan apa yang dialami Salomo dahulu sesungguhnya hanyalah sebuah cuplikan (trailer) sejarah untuk suatu masa yang termulia sebentar lagi.

"Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya." - Wahyu 3:19-21

Tuhan selalu mencari orang-orang yang kepada mereka Beliau tidak perlu sungkan untuk cemburu dan sangat leluasa untuk berterus terang. Dan itu hanya bisa terjadi ketika kita merelakan hati dan bertobat sehingga kita dengan mudah mendengar suara-Nya yang terlembut sekalipun, membukakan pintu bagi-Nya dan mendapati diri kita makan semeja dengan-Nya.

"Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: 'Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.' Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak haram!" - Ibrani 12:5-8

Jangan anggap enteng didikan Tuhan, itu sebabnya jangan pernah negosiasikan didikan Tuhan, apalagi menolaknya. Rela, rela, relakanlah semua yang dikehendaki-Nya. Serahkan semua dosa kita kepada-Nya. Dan mintalah dengan tulus untuk Dia terus paksakan semua kehendak dan rencana-Nya atas hidup kita. Memang benar bahwa didikan Tuhan itu bisa membuat lemah dan putus asa, tapi jangan pernah negosiasikan. Karena didikan-Nya itu hal yang terbaik yang mampu menjadikan kita berdiri di hadapan Anak Manusia sampai ikut setakhta memerintah bersama-Nya dalam kekekalan.

Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.

Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.

Monday, November 28, 2016

Misteri Cawan Dan Kuasanya - Vol. 2


Jadi sekarang kita telah mengetahui bahwa jumlah manusia yang mengisi cawan doa merupakan variabel tidak tetap yang ikut menentukan seberapa besar kuasa sorgawi yang hendak dimanifestasikan ke atas bumi. Semakin banyak orang yang ikut berdoa, semakin besar kuasa yang dimanifestasikan. Sedangkan Tuhan merupakan variabel tetapnya yang tidak pernah kesulitan untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang.

Mengapa jumlah orang sebagai variabel tidak tetap diperhitungkan Tuhan dan ikut menentukan? Sebab hal itu sudah merupakan desain dan ketentuan takdir manusia sejak manusia diciptakan. Perhatikan ayat berikut ini,

"Berfirmanlah Allah: 'Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.' Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: 'Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.'" - Kejadian 1:26-28

Berdasarkan firman tersebut, maka yang diberi otoritas untuk berkuasa sepenuhnya atas seluruh isi bumi adalah manusia, yakni yang memiliki roh, jiwa serta tubuh, BUKAN Allah, sekalipun Allahlah yang menciptakan bumi ini, karena Allah adalah Roh tanpa tubuh. Di kemudian hari, Iblis merebut kuasa dan otoritas ini dari tangan Adam, dengan memanfaatkan tubuh ular. Tanpa tubuh ular, Iblis tidak bisa merebutnya, sebab Iblis pun adalah roh adanya.

Perhatikan Yesus Kristus, Tuhan kita. Dia adalah Anak Allah, sekaligus Anak Manusia. Untuk menghadirkan Roh Kristus di bumi, Allah memakai tubuh Yesus dari seorang perawan. Adam yang pertama membawa manusia jatuh ke dalam dosa, Adam yang kedua membawa manusia kembali kepada Allah. Tubuh Yesus memberikan lisensi bagi Roh Kristus bertindak sampai tuntas di atas kayu salib, mati dan memperoleh kebangkitan dan kuasa kebangkitan itu.

Jadi tubuh kita ini merupakan lisensi untuk kita berkuasa di bumi, sedangkan mereka yang meninggal tidak diperbolehkan lagi untuk berada di bumi. Ketika manusia mengalami kematian fisiknya, maka rohnya harus meninggalkan bumi selama maksimal 40 hari kemudian. Itu sebabnya, Tuhan sangat membenci pemanggilan arwah, bahkan kematian Saul disebabkan ia ada meminta petunjuk dari arwah (1 Samuel 28:7, 1 Tawarikh 10:13).

Karena tubuh kita memiliki otoritas untuk menghadirkan kuasa spiritual di bumi, maka Tuhan meminta supaya kita mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah sebagai wujud ibadah yang sejati. Perhatikan, bahwa yang diminta untuk dipersembahkan adalah tubuh dan BUKAN roh, sedangkan jiwa mengikuti mana yang terkuat di antara keduanya. Tubuh yang lebih dipersembahkan tentu akan memperkuat roh atau manusia batiniah orang tersebut. Dari sinilah pembaharuan akal budi terjadi di jiwa, sehingga pikiran, perasaan dan kehendaknya mampu membedakan level-level kehendak Allah, yakni yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. 

Makna Cawan

Kata cawan dalam bahasa Ibrani adalah menaqqith (מְנַקִּיּוֹת), yang berasal dari kata dasar naqah (נָקָה) yang berarti dibebaskan, dibersihkan, dianggap tidak bersalah, diluputkan. Dengan demikian, sesungguhnya tubuh kita ini adalah cawan yang harus terus menerus dibersihkan dengan dipersembahkan supaya didapati semakin layak untuk mengemban persekutuan yang kudus dengan Tuhan, Allah kita. 

"Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?" 1 Korintus 6:18-19

Semakin besar kerelaan kita untuk mempersembahkan tubuh kita, maka semakin besar kuasa, otoritas dan kedaulatan Roh Kudus di dalam hidup kita. Dan semakin besar ruang bagi Roh Kudus-Nya di dalam hidup kita, semakin besar pula dampak kuasa dan kemuliaan Allah yang bisa dimanifestasikan dalam hidup kita.

Coba perhatikan mereka yang di luar Kristus namun sangat peka dan agresif dengan hal-hal spiritual ini, yakni para dukun, para pertapa, dan sejenisnya. Mereka sangat memahami hukum roh ini untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Mereka melakukan doa, puasa sambil bertapa, yang pada prinsipnya memiliki proses yang mirip. Mereka mempersembahkan tubuh dengan bertapa dan berpuasa untuk mengembangkan kemampuan manusia batiniah mereka. 

Terlebih lagi jika mereka mempersembahkan tubuh dengan jalan mengadakan perjanjian dengan kuasa gelap hingga menjual jiwa mereka demi memperoleh apa yang mereka inginkan, tentu mereka akan semakin memiliki kuasa yang semakin besar. Dan pada prakteknya, janganlah heran jika berbagai insiden besar seperti Kurusuhan Mei 1998 dan berbagai aksi jahat lainnya diisukan melibatkan banyak dukun dan berbagai punggawa kuasa gelap lainnya. Hukum roh sedang berlaku, baik itu Roh Tuhan maupun roh jahat.

Dan ya, sekali lagi saya katakan bahwa jumlah manusia ikut menentukan seberapa besar manifestasi kuasa Tuhan maupun kuasa gelap bisa dilepaskan di bumi. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Perebutan kekuasaan akan selalu ada dan sejarah manusia dimulai sejak adanya pertempuran antara dua kerajaan, Kerajaan Allah dan kerajaan kegelapan. 

Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal. 

Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa.

Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya, Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.

Wednesday, November 23, 2016

Misteri Cawan Dan Kuasanya - Vol. 1

"Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: 'Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.'" - Lukas 22:20

"Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat." - 1 Korintus 10:21

Salah satu kebiasaan Tuhan yang juga merupakan protokoler dalam Kerajaan-Nya adalah menghitung. Ya Tuhan punya kebiasaan menghitung, mengukur dan menakar segala sesuatunya, sebab Ia adalah Hakim Yang Adil. Dan hanya Tuhan sendiri yang mengetahui dan mengerti dengan tepat standard hitungan, ukuran dan takaran yang tepat untuk segala sesuatunya itu. Hitungan, ukuran dan takaran yang dilakukan bisa dengan berbagai cara, namun untuk sesuatu yang sifatnya final, artinya memiliki unsur reward and punishment biasanya digunakan cawan. 


Apakah makna cawan dalam hal ini? Berdasarkan apa yang tertulis dalam Lukas 22:20, 1 Korintus 10:21 dan bagian lainnya, cawan merupakan persekutuan (relationship / alliance / trust / partnership) yang sarat akan unsur kepercayaan dan kemitraan. Bukankah persekutuan kita dengan Bapa dipulihkan di dalam Kristus Yesus dan Darah Anak Domba yang menjadi Meterai Agungnya? 

Namun cawan atau persekutuan itu tidak saja antara kita dengan Tuhan, sebab ada persekutuan yang dilakukan manusia dengan musuh-Nya Tuhan, yakni si Jahat. Bahkan lebih luas lagi, hubungan dengan kedua pihak bukan sebatas cawan persekutuan saja, melainkan juga perjamuan-perjamuan. Itu sebabnya di bagian akhir dari akhir zaman ini akan ditutup dengan Perjamuan Pernikahan Anak Domba dengan Gereja-Nya, sebelum memasuki zaman yang baru, Masa Kerajaan Seribu Tahun.

Kuasa Dari Cawan

"Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya." - Wahyu 17:14

Ketika Rasul Yohanes melihat Babel Besar ibu para pelacur menunggangi binatang Antikristus itu, yang ada di tangannya bukanlah pedang ataupun senjata lainnya, melainkan sebuah cawan emas, yakni sebuah persekutuan egois yang sarat dengan kekejian dan kenajisan karena ibu dari para pelacur ini menghalalkan segala cara untuk kepentingannya sendiri. Dan tidaklah mengherankan jika apa yang ditaburnya, itu juga yang dituainya. Cawan emas tersebut dibalas tujuh kali lipat dengan Cawan Murka Allah.

Dengan demikian maka sesungguhnya cawan memiliki kuasa untuk mendatangkan kebaikan ataupun malapetaka tergantung dari dengan siapakah kita bersekutu. Cawan yang baik bisa mengubah hal yang buruk menjadi baik, atau meluputkan kita dari malapetaka yang bisa menimpa. Sedangkan cawan yang buruk bisa mengubah hal yang baik menjadi buruk, atau mendatangkan malapetaka.

"Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." - 1 Korintus 15:33

Sodom, Gomora Dan Niniwe

Yang paling menarik dari sekian cawan yang ada adalah kuasa cawan doa dan ternyata kuasa cawan doa ini dihitung, diukur dan ditakar dengan jumlah orang yang terlibat di dalam persekutuan cawan doa itu. Semakin banyak orang yang ambil bagian maka semakin besar kuasanya, dan ketika semakin besar kuasa cawan doa tersebut, makin besar pula dampaknya. Perhatikan kisah berikut ini:

"Berpikirlah TUHAN: 'Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini? Bukankah sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat? Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya.' 

"Sesudah itu berfirmanlah TUHAN: 'Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya. Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak; Aku hendak mengetahuinya.'" - Kejadian 18:17-21

Karena persekutuan Tuhan dengan Abraham yang sedemikian rupa kuatnya maka Abraham diberikan otoritas untuk menentukan ambang batas minimal supaya Sodom dan Gomora bisa diluputkan dari malapetaka cawan murka yang sudah disiapkan Tuhan. Ini sungguh sebuah keistimewaan yang luar biasa dari Tuhan kepada seorang manusia. Hebatnya, Abraham langsung cepat mengerti dan melakukan tawar menawar untuk malapetaka itu bisa diluputkan. 

Hal ini menandakan bahwa segala hal yang berkaitan dengan penghakiman dan penghukuman sifatnya adalah negotiable, atau bisa dinegosiasikan. Negosiasi biasanya untuk "membeli waktu" demi menunda atau bahkan membatalkan penghakiman dan penghukuman tersebut. Itu sebabnya mengapa waktu untuk Rapture sudah mengalami penundaan berkali-kali, karena yang terjadi setelah Rapture adalah Masa Tribulasi Besar yang paling sarat akan penghakiman dan penghukuman Tuhan atas mereka yang tertinggal.

Dan kita tahu bahwa ketika Tuhan sepakat dengan Abraham untuk ada sepuluh orang benar supaya Sodom dan Gomora diluputkan, Tuhan tidak menemukan jumlah tersebut, sehingga dengan segera Sodom dan Gomora dibinasakan.

Bandingkan dengan Niniwe di masa Nabi Yunus. Niniwe menghadapi ancaman serupa dengan Sodom dan Gomora, namun reaksi rakyat Niniwe sungguh luar biasa,

"Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: 'Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa.' 

"Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya." - Yunus 3:7-10

Niniwe melakukan sesuatu yang sangat ekstrim sekaligus mengharukan Hati Tuhan, karena seluruh bangsa dari rajanya hingga rakyatnya bahkan semua ternak mereka berpuasa total tidak makan dan tidak minum selama tiga hari, bahkan ternak mereka ikut mengenakan kain kabung. Seluruh Niniwe berbalik dan bertobat, meninggalkan persekutuan yang jahat dan kembali bersekutu dengan Tuhan, Allah Yang Maha Tinggi.

Tahukah Anda berapa lama murka Tuhan tertunda atas Niniwe dengan cara pertobatan mereka yang ekstrim itu? Murka Tuhan tertunda selama sekitar 150 tahun dan pada masa Nabi Nahum Niniwe dibinasakan Tuhan. Bayangkan 150 tahun, atau sekitar 5 - 7 generasi kemudian yang diizinkan Tuhan untuk tetap hidup. Jarak antara Nabi Yunus (862 SM) dengan Nabi Nahum (713 SM) dalam memperingatkan Niniwe ada sekitar 150 tahun.

Sodom dan Gomora tidak berhasil mengisi cawan kebaikannya ketika cawan kejahatannya telah penuh meluap, padahal yang dituntut dari kedua kota ini hanyalah keberadaan atau eksistensi jumlah orang benar, sehingga murka penghakiman Tuhan tidak terhindarkan. Sedangkan Niniwe pernah mengisi cawan kebaikannya dengan cara yang ekstrim dengan puasa total seluruh bangsa selama 3 hari sehingga Tuhan menunda murka penghakiman-Nya selama 150 tahun.

Pertanyaan terbesarnya, apa yang bisa terjadi jika seluruh bangsa Indonesia mulai dari Presidennya hingga seluruh rakyatnya merendahkan diri di hadapan Tuhan dan meminta keselamatan bahkan kemuliaan Tuhan dinyatakan atas bangsa ini? 

TUHAN telah bersumpah demi tangan kanan-Nya, demi tangan kekuatan-Nya: "Sesungguhnya, Aku tidak akan memberi gandummu lagi sebagai makanan kepada musuhmu, dan sesungguhnya, orang-orang asing tidak akan meminum air anggurmu yang telah kauhasilkan dengan bersusah-susah; tetapi orang yang menuainya akan memakannya juga dan akan memuji-muji TUHAN, dan orang yang mengumpulkannya akan meminumnya juga di pelataran-pelataran tempat kudus-Ku."

Sesungguhnya, keselamatanmu datang; sesungguhnya, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya. Orang akan menyebutkan mereka "bangsa kudus", "orang-orang tebusan TUHAN", dan engkau akan disebutkan "yang dicari", "kota yang tidak ditinggalkan".

Wednesday, November 9, 2016

Perceraian Dan Alasan Tuhan Begitu Membencinya

"Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai (apotasion) kepadanya." - Matius 5:31

Yesus melihat perceraian bukan sebagai sebuah sebab, melainkan sebagai sebuah akibat. Atau dengan kata lain, perceraian merupakan sebuah gejala (sympton) dari sebuah (akar) masalah yang sesungguhnya, yang harus dicari tahu. Sama seperti rasa sakit pada satu bagian tubuh kita, hal itu merupakan gejala atau akibat yang ditimbulkan dari penyebabnya. 

Sebagai contoh, jika seseorang mengalami migrain (sakit kepala sebelah) yang biasanya disertai oleh rasa nyeri, adalah akibat dari beberapa penyebab, antara lain stress, kurang tidur, telat makan dan sebagainya. Yang menyakitkan adalah gejalanya, yakni migrain itu, sedangkan penyebab migrain ada lagi. Itu sebabnya perceraian terasa begitu menyakitkan, bahkan perceraian lebih buruk daripada kematian.

Mengapa perceraian lebih buruk daripada kematian? Mari kita lihat arti sesungguhnya dari perceraian itu sendiri. Dalam bahasa Yunani, kata perceraian (divorcement) disebut apotasion, yang berasal dari kata apotasia. Dalam bahasa Inggris, apostasia disebut to defect, artinya menyebrang untuk meninggalkan, atau menyebrang untuk berpisah. Yang menarik adalah baik kata apostasia maupun to defect merupakan istilah militeristik atau ketentaraan.

Bagaimanakah arti apostasia dalam bidang militer ini? Sebut saja ada sekelompok tentara yang terdiri dari sepuluh orang pergi ke suatu medan perang, dan ketika mereka sedang berada di tengah pertempuran, salah satu dari kesepuluh tentara itu merasa ingin menyerah, hal itu bisa saja terjadi karena dia merasa musuh yang dihadapi terlalu berat, atau senjata dan taktik yang dipakai musuh terlalu canggih dan sebagainya. Lalu orang ini hendak pergi meninggalkan medan pertempuran dan itu juga berarti dia meninggalkan sembilan rekan tentara seperjuangannya. Tindakan tentara yang meninggalkan medan perang disebut desersi. Dan untuk kita ketahui bahwa hukuman yang patut dijatuhkan kepada mereka yang desersi hanya satu, yakni hukuman mati. 

Mengapa desersi harus dihukum mati? Sebab jika satu tentara yang desersi itu sampai jatuh ke tangan musuh, sedangkan yang memotivasi tindakan desersinya adalah untuk menyelamatkan nyawanya sendiri, maka sangat besar kemungkinan tentara yang desersi ini berkhianat kepada semua rekan tentara yang ia tinggalkan. Misalnya, ia bisa membocorkan informasi mengenai berapa kekuatan atau strategi perang dari pasukan yang ia tinggalkan kepada musuh yang menyanderanya. Jadi ya, desersi bisa dianggap juga sebagai pengkhianatan.

Ini yang harus benar-benar dipahami bahwa ketika seseorang memutuskan bergabung dalam ketentaraan atau angkatan militer, maka orang tersebut sebenarnya telah berkomitmen untuk memberikan hidupnya dengan resiko kematian. Jadi masuk ke dalam ketentaraan maka jaminan terbaik yang bisa didapatkan adalah kematian. Tidak ada satupun angkatan militer yang bisa memberi jaminan bahwa tentaranya akan bertahan hidup, apalagi menang dalam setiap pertempuran. 

Begitu juga dalam pernikahan, seorang suami dan seorang istri yang membuat kesepakatan bersama dalam sebuah pernikahan adalah mereka yang berkomitmen untuk memberikan hidup mereka sampai kematian yang memisahkan mereka. Jaminan yang bisa diperoleh dalam sebuah pernikahan adalah sama dengan jaminan yang diperoleh dalam ketentaraan, yakni jaminan kematian. Dan itu sebabnya mengapa pernikahan menjadi begitu konyol adalah karena jaminan dan komitmennya adalah kepada kematian, namun motivasi pernikahan mereka adalah kehidupan. 

Ini bukan berarti bahwa pernikahan adalah untuk kematian, bukan itu. Tapi komitmen pernikahan adalah rela dan berani mati, BUKAN takut mati. Pernikahan hanya bagi mereka yang konsekuen mau menanggung apapun resikonya ketika sudah membuat janji kesepakatan bersama terhadap pasangannya masing-masing di hadapan Tuhan.

Cinta Dan Kematian

"Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!" - Kidung Agung 8:6

"Hang my locket around your neck, wear my ring on your finger. Love is invincible facing danger and death. Passion laughs at the terrors of hell. The fire of love stops at nothing--it sweeps everything before it." - Song Of Solomon 8:6 (The Message)

Karena cinta lebih perkasa daripada marabahaya dan maut, gelora cinta menertawakan teror neraka (The Message). Itulah sebabnya pernikahan yang memiliki komitmen kepada kematian harus memiliki cinta dan gairah yang murni. Pernikahan yang benar hanya dimotivasi oleh cinta yang tulus dan bergelora, yang mampu melampaui kematian. 

Namun ada begitu banyak pernikahan yang salah karena tidak dimotivasi oleh cinta yang tulus dan bergelora. Mereka dimotivasi oleh hal-hal yang receh dan sekedar remah-remah, yakni karena harta, status sosial, takut dimakan usia, kepentingan politik, manipulasi seks dan sebagainya. Semua motivasi yang receh dan remah-remah ini sangat bertentangan dengan jaminan kematian yang ada dalam komitmen pernikahan, karena semuanya itu pada intinya adalah ingin hidup nyaman dan takut mati atau takut menderita. Padahal cinta yang sesungguhnya adalah merelakan dan berkorban.

Cinta yang benar juga menuntut kedisiplinan dari masing-masing pelakunya. Kita mau meluangkan waktu dan merelakan ego untuk sebuah hubungan dapat bekerja dan berkembang dengan baik di tengah berbagai resiko yang bisa terjadi. Kedisiplinan juga termasuk komitmen untuk meningkatkan kemampuan mendengar untuk semakin memahami pasangan masing-masing sehingga cinta yang ada tidak menjadi surut, melainkan semakin bisa dinikmati oleh orang-orang di sekitar kita.

Apostasia Sebagai Tanda Akhir Zaman

Yang tidak kalah menariknya adalah kata apostasia dalam bahasa Yunani diadopsi ke dalam bahasa Inggris menjadi kata apostasy, yang berarti murtad atau pengkhianatan. Jadi alasan Tuhan sangat membenci perceraian adalah karena tindakan tersebut sama dengan murtad dan pengkhianatan terhadap komitmen yang telah disepakati dimana Tuhan yang menjadi Saksi Agung dari perjanjian tersebut.

Dan ternyata peningkatan jumlah perceraian telah dinubuatkan sebagai salah satu tanda Akhir Zaman,

"Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah." - 2 Tesalonika 2:2-3

Perceraian hanyalah gejala (sympton) yang ditimbulkan dari suatu sebab (cause). Apa yang sesungguhnya menyebabkan perceraian, terutama di kalangan Gereja Tuhan? Karena tidak menjadikan Tuhan sebagai pusat dari pernikahan tersebut. Keinginan dan agenda pribadi yang menjadikan perceraian bisa terjadi. Atau dengan kata lain, perceraian terjadi karena kita sebagai Bait Allah mengizinkan lawan-Nya meninggikan diri dan bukan meminta Tuhan sebagai Tuan atas Bait kehidupan kita.

Ya itulah yang sudah dinubuatkan bahwa menjelang Hari TUHAN akan ada begitu banyak dari Gereja dan Pasukan-Nya yang desersi dari berbagai perjanjian yang telah ada di antara Tuhan dengan umat-Nya. Namun selama kita menempatkan Tuhan sebagai pusat dari segalanya, maka hal itu akan bisa dihindari, yakni jika kita dengan tulus dan rela terus meminta agar Tuhan memaksakan kehendak dan rencana-Nya jadi genap dalam hidup kita.

Tuhan memberkati.

Sungguh, Aku mengadakan suatu perjanjian. Di depan seluruh bangsamu ini akan Kulakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib, seperti yang belum pernah dijadikan di seluruh bumi di antara segala bangsa; seluruh bangsa, yang di tengah-tengahnya engkau diam, akan melihat perbuatan TUHAN, sebab apa yang akan Kulakukan dengan engkau, sungguh-sungguh dahsyat.

Sunday, November 6, 2016

Namaku Jehoshaphat - Vol. 2

Tadinya saya pikir saya akan jadi seorang pengusaha, tapi tadi pagi koq sepertinya ada keyakinan bahwa aku justru akan memodali banyak pengusaha yah? Hmmm ... kalo gitu disebutnya apa? Investor atau konglomerat?

Lalu saya teringat peristiwa sekitar 2,5 tahun yang lalu di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, di sesi ke-8 sidang perceraian dengan mantan istri. Keadaan saya saat itu sebagai laki-laki dengan semua kodrat dan kebanggaan dihabisi, persis seperti domba yang dicukur habis bulunya, ditelanjangi. Pekerjaan tidak ada, penghasilan tidak ada, istri menceraikan, anak satu-satunya tak dapat ditemui selama lebih dari 3 tahun ini, dan tak lama setelah itu, passion sebagai pembicara dan pengajar pun ditolak di sana sini. Lengkaplah sudah. Hahaha ...

Tapi saya tak pernah lupa di sesi ke-8 (antara akhir Januari - awal Februari 2014) itu, hakim ketua yang memimpin jalannya sidang berkata di hadapan mantan mama mertua dan adik ipar saya,

"Biarkan saja dia berjuang, kan dia masih cinta. Siapa tahu suatu hari nanti nasibnya berubah jadi seorang konglomerat!"

Dengan cepat saya menyambar perkataan hakim dengan berkata, "Amin!"

Wow! Dari 13 sesi sidang yang saya hadiri, itu adalah sesi terbaik, hati rasanya berbunga-bunga hanya dengan sepotong kalimat dari mulut sang hakim ketua, padahal acaranya adalah sidang perceraian dan saya sebagai tergugat. Nama hakim ketua itupun masih saya ingat sampai sekarang. Suatu saat nanti pasti akan saya temui beliau lagi, siapa tahu beliau berkenan dimodali jadi pengusaha juga.

Saya yakin benar bahwa itu bukan sekedar perkataan manusia, namun Tuhan sedang beracara saat itu, dan Beliau memakai ruang sidang sebagai sidang ilahi-Nya untuk menentukan (menghakimi) sebagian dari takdir saya, yakni seorang konglomerat Kerajaan-Nya.


Jehoshaphat means Jehovah has judged.

About Windunatha

My photo
An ENTP Person. Saksi Terakhir Sebelum Segalanya Berakhir. One Of The Remnant In The Last Days.