Labels

Tuesday, August 29, 2017

Jubah Dan Kostum (Cosplay)

"Ia akan melindungi engkau dengan sayap-Nya. Janji-janji-Nya yang selalu digenapi-Nya merupakan jubah perangmu." - Mazmur 91:4 (FAYH)

Ada seorang kenalan yang bilang begini, "Pak, kita pakai jubah dikira aneh seperti orang ikut kontes cosplay."

Saya tidak heran ketika ada sekelompok orang yang begitu nyinyir dan dengki terhadap kami yang mengekspresikan iman kami dengan mengenakan jubah. Mengapa? 

Yang pertama, karena yang hanya mereka ketahui adalah itu, cosplay. Itulah batas pemahaman mereka, selesai. Dan pemikiran mereka masih lebih rendah daripada badut di Ancol. Karena badut memahami fungsi mereka ketika mengenakan kostum badutnya dan banyak orang diberkati melalui pelayanan atau jasa yang diberikan sang badut sebagai entertainer. Sedangkan mereka yang nyinyir cuma tahu ya itu tadi, bahwa jubah seperti pemain cosplay atau seperti badut atau seperti pemain sirkus.

Padahal banyak fungsi (profesi) yang memiliki "jubah"-nya masing-masing sesuai identitasnya. Dokter dengan jas putihnya, suster dengan seragamnya, hakim dengan jubah hitamnya yang panjang, tentara dalam berbagai kesatuan & level dengan segala jenis pakaian perangnya dan seterusnya.

Apakah seorang dokter pernah memandang & bicara nyinyir tentang jubah hitam seorang hakim? Apakah seorang hakim pernah memandang & bicara nyinyir tentang jubah uskup atau romo Katholik? Apakah seorang uskup pernah memandang & bicara nyinyir tentang jubah bhikku? Apakah seorang bhikku pernah memandang & bicara nyinyir tentang jubah perang seorang jendral tentara? 

Tentu saja tidak, karena masing-masing fungsi memahami peran dan tujuannya sendiri dan mereka saling menghormati fungsi peran lainnya.

Jadi mereka yang nyinyir itu sebenarnya tidak pernah mengerti untuk apa mereka ada dan untuk apa mereka menjadi pengikut Kristus. Padahal rasul Paulus berkata, "Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi (high calling) dari Allah dalam Kristus Yesus." - Filipi 3:13-14

Apa maksudnya? Jelas bahwa sebenarnya yang nyinyir itulah yang tidak bisa "move on" dan hatinya pahit sehingga tidak pernah tertuju kepada Yesus, berbeda dengan rasul Paulus yang telah melupakan apa yang telah berlalu dan mengarahkan seluruh hidupnya kepada Yesus. Dan mereka yang nyinyir itu tidak pernah tahu dan paham panggilannya di dalam Kristus Yesus, karena jika benar mereka paham maka tidak akan nyinyir setajam itu. Jika benar mereka sibuk menjalani panggilan sorgawi mereka, tentu mereka takkan punya waktu untuk nyinyir, hehehe ...

Jubah Itu Powerful

Yang kedua, alasan dari dinyinyiri bahkan dihujat sesat ketika pakai jubah, karena jubah memang powerful, bahkan saking powerful-nya bisa menimbulkan iri dan dengki. Jadi mereka nyinyir karena sebenarnya mereka merasa powerless yang disertai iri hati dan dengki.

Coba perhatikan kakak-kakaknya Yusuf ketika Yakub mengenakan jubah yang begitu indah kepada Sang Anak Emasnya, mereka makin membenci Yusuf kan?

Di Perjanjian Baru juga sama, ketika Yesus menceritakan perumpamaan tentang anak yang hilang, bukankah si sulung pun menjadi marah ketika si bungsu kembali dan ayahnya mengenakan jubah yang indah kepadanya?

Perempuan yang pendarahan selama 12 tahun paham bahwa jubah Yesus berkuasa menyembuhkan dan dengan imannya perempuan itu menikmati kesembuhan yang telah disediakan di hadapannya.

Bahkan prajurit-prajurit Romawi yang jahat itupun tahu benar bahwa jubah itu powerful, karena jika jubah hanya sekedar "cosplay", tidak mungkin para tentara itu membuang undi untuk memperebutkan jubah Yesus yang mereka salibkan.

Terakhir, ketika Yesus datang kembali sebagai Raja disebutkan, "Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: 'Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan.'" - Wahyu 19:16. Beliau bahkan melekatkan Nama-Nya Yang Mahakuasa itu pada jubah-Nya. Semoga kita semua makin memahami betapa berartinya jubah & panggilan sorgawi kita di hadapan Tuhan.

Tuhan memberkati.

Monday, August 14, 2017

Heliosentris Itu TIDAK Alkitabiah!

"Berfirmanlah Allah: 'Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.' Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat." - Kejadian 1:14-19

Berdasarkan firman yang kita baca barusan maka fungsi benda-benda penerang (matahari, bulan, bintang-bintang dan planet-planet) adalah:

1. Sebagai penunjuk waktu.
2. Sebagai penerang yang menerangi Bumi.

Pertanyaan pertama, apakah sebelum adanya benda-benda tersebut terang belum ada? Tentu saja terang sudah ada sebelumnya. Sebab terang telah diciptakan pada hari pertama penciptaan. Namun pada hari ke-4 diciptakanlah sesuatu untuk menunjukkan waktu, sehingga ada waktunya untuk terang, ada waktunya untuk gelap. 

Hal ini sama seperti fungsi arloji atau jam dinding, yakni untuk menunjukkan waktu. Namun bukan berarti waktu tidak pernah ada sebelum arloji atau jam dinding diciptakan. Justru waktu sudah ada sebelum arloji atau jam dinding ada.

Jadi dalam hal ini fungsi matahari, bulan, bintang-bintang dan planet-planet sama dengan fungsi arloji, yakni sebagai penunjuk waktu.

Lalu apa hubungannya dengan Heliosentris? Untuk Anda ketahui, Heliosentris adalah paham yang menyatakan bahwa matahari merupakan pusat tata surya. Karena matahari dianggap pusatnya, maka semua benda langit bahkan termasuk Bumi dianggap berputar mengelilingi matahari. Jadi dalam paham heliosentris ini matahari dianggap diam pada tempatnya dan tidak melakukan pergerakan apapun seperti halnya benda-benda langit lainnya.

Pertanyaan berikutnya, jika matahari diam dan tidak bergerak (statis), lalu mengapa matahari diciptakan untuk menunjuk waktu? Hal ini sama sekali tidak masuk akal dan bertentangan dengan kodratnya sebagai benda penerang sekaligus benda penunjuk waktu. Jangan lupa firman berkata bahwa fungsi pertama benda-benda penerang adalah sebagai penunjuk waktu, fungsi kedua sebagai penerang.

Sama seperti arloji atau jam dinding, jarum jamnya (hour hand) yang lebih pendek, jarum menitnya (minute hand) yang lebih panjang maupun jarum detiknya (second hand) semuanya bergerak untuk menunjukkan waktu. Itu sebabnya saat Yosua memimpin bangsa Israel melawan orang Amori, Yosua berkata, "Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon!" - Yosua 10:12

Mengapa matahari dan bulan yang diperintahkan untuk berhenti? Karena memang matahari dan bulan yang bergerak mengelilingi Bumi, bukan Bumi yang bergerak mengelilingi matahari seperti yang selama ini kita didoktrinasi di sekolah. Konsep ini disebut Geosentris, yakni paham yang menyatakan bahwa Bumi adalah pusat alam semesta (tidak lagi disebut tata surya) dan semua benda penerang bergerak mengelilingi Bumi. Geosentris ini yang alkitabiah, karena dalam hal ini Bumi yang diam, Bumi tidak bergerak mengelilingi matahari maupun berputar pada porosnya.

Dan perhatikan cara Yosua memerintah keduanya, perintahnya sangat spesifik, matahari dan bulan tidak hanya diperintah untuk berhenti, tapi juga disebutkan tempat mereka masing-masing untuk berhenti bergerak. Matahari berhenti di Gibeon dan bulan berhenti di Ayalon. 

Seandainya saya hendak pergi dari area Kelapa Gading menuju ke area Pluit melewati area Ancol, lalu di Ancol saya berhenti untuk mampir ke Dufan, pertanyaannya siapa yang berhenti bergerak? Saya yang berhenti bergerak atau Dufan yang berhenti bergerak? Tentu saja saya yang berhenti sebab saya yang bergerak. Begitu juga matahari dan bulan dalam kasus peperangan Yosua melawan orang Amori.

Geosentris, Flat Earth & Akhir Zaman

Jadi, Geosentris adalah yang alkitabiah sedangkan Heliosentris merupakan penyesatan yang terstruktur, sistematis dan masif melalui pendidikan dasar yang telah berlangsung secara global selama puluhan tahun. Dan ketika kita telah mengetahui kebenaran Geosentris maka kita juga akan mengetahui bahwa bentuk Bumi yang sesungguhnya bukan globe atau bulat seperti bola seperti yang didoktrinasi selama ini.


Animasi Sederhana Bumi Datar (Flat Earth) Yang Menggambarkan Perputaran Matahari dan Bulan Terhadap Bumi

Saya percaya bahwa doktrinasi penyesatan Heliosentris dan Globe Earth ada untuk mengacaukan pemahaman kita sehingga kita tidak mengetahui hari dan waktu dengan benar. Perhatikan bagaimana Perjanjian Baru dimulai, yakni dengan sebuah fenomena langit yang disebut bintang Bethlehem yang dibaca oleh para Majus dan dikonfirmasi oleh para ahli perbintangan Romawi dalam pemerintahan Herodes. 

Dan bagaimana Perjanjian Baru diakhiri? Juga dengan sebuah fenomena langit yang tertulis di Wahyu 12. Hanya dua kitab yang memuat fenomena langit sebagai petunjuk waktu yang super penting, yakni Kitab Injil Matius dan Kitab Wahyu, yang paling awal dan yang paling akhir dari Perjanjian Baru.

Saya juga percaya bahwa konsep Flat Earth ini muncul di beberapa tahun terakhir ini untuk memudahkan semua orang untuk memahami kebenaran Akhir Zaman, terutama cara kita menyaksikan berbagai penggenapan dari nubuatan-nubuatan yang tertulis (di Kitab Wahyu).

Untuk lebih memahami konsep Bumi Datar yang sedang hangat dibahas di seluruh dunia, Anda dapat saksikan ulasan lengkapnya di sebuah channel Youtube bernama Flat Earth 101 (klik di sini).

Tuhan memberkati.

Thursday, August 3, 2017

Ayin Chet 5778 - Vol. 1: Jalan Perbudakan, Jalan Pengabdian

Ketika Zaman Anugerah telah berakhir, kita akan kembali kepada Zaman Hukum. Kembali kepada Zaman Hukum bukan berarti bahwa Injil dan semua yang Tuhan Yesus kotbahkan di Bukit (Matius 5 - 7) tidak berlaku lagi dan semua harus mengikuti pola hidup yang tertulis dalam Taurat. Namun hal ini berbicara tentang konsekuensi yang bisa terjadi jika kita masih terus mengabaikan didikan dan disiplin yang Tuhan kehendaki kepada masing-masing anak-anak-Nya, terutama jika masih menolak untuk terus memikul salib dan manyangkal diri.

Sebagai contoh, hukum berkata jika ada tindakan perzinahan maka hal itu dihitung sebagai perbuatan dosa. Sedangkan Tuhan Yesus menerapkan standar yang lebih tinggi lagi, yakni ketika memandang wanita sambil melakukan fantasi seksual di pikiran saja, tanpa adanya tindakan perzinahan, maka berdasarkan pikiran fantasi itu saja kita sudah dihitung berbuat dosa, Matius 5:28.

Begitu juga dalam hal pembunuhan, hukum berkata jika ada tindakan pembunuhan maka hal itu dihitung sebagai perbuatan dosa. Namun Tuhan Yesus berkata bahwa barangsiapa marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala, Matius 5:22.

Karena standar yang ditetapkan begitu tinggi, maka Tuhan Yesus menawarkan Diri-Nya sebagai Jaminan Agung melalui Karya Salib dalam suatu masa yang disebut sebagai Zaman Anugerah. Namun ketika Zaman Anugerah mencapai masa berakhirnya, maka satu sisi yang paling jarang dinyatakan kepada Gereja-Nya akan semakin dinyatakan, yakni karakter-Nya sebagai Api Cemburuan - El Kanna yang menghanguskan (Ibrani 12:29, Keluaran 34:14).

Apa yang menjadi akibat ketika Zaman Anugerah berakhir? 

"Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!" - Wahyu 22:11

Kesempatan akan habis bagi mereka yang selama ini enggan untuk bertobat, masih mau menikmati dosanya dan yakin bahwa karakternya yang buruk tidak akan bisa diubah. Mereka telah jahat karena sekalipun telah mengecap anugerah, namun tidak mengerjakan keselamatannya dengan sungguh dan tidak sepenuh hati memikul salibnya dalam mengikut Kristus.

Namun bagi mereka yang terus berharap kepada Tuhan, yang merelakan hatinya untuk ditegor dan dihajar Tuhan serta bertobat dari waktu ke waktu, anugerah akan semakin melekat kepada mereka. Itu sebabnya yang jahat akan semakin jahat dan yang kudus akan semakin kudus. Domba dan kambing akan semakin nyata sejalan dengan berakhirnya Zaman Anugerah dan memasuki Masa Tribulasi.

Anugerah Chet Pada Ayin Chet 5778 Ini

Sebelum dilanjutkan, saya himbau Anda lebih dulu membaca tulisan sebelumnya yang berjudul 5778 - 2018 Dalam Sekilas Perenungan: Back To The Age Of Law.

Chet merupakan huruf ke-8 dalam alfabet Ibrani, yakni terdiri huruf Vav (6) di sisi kanan dan huruf Zayin (7) di sisi kiri dan disatukan oleh sebuah penghubung atau tudung (chuppah) dan kesatuan dari tiga bagian tersebut membentuk sebuah gerbang atau ambang pintu. Hal ini mengingatkan kita pada peristiwa Paskah pertama dalam sejarah,

"Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya." - Keluaran 12:7

"Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN. Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir." - Keluaran 12:12-13

Beberapa bulan lalu ketika saya merenungkan semuanya ini, tiba-tiba Tuhan Yesus berkata, "Nak, masuk 5778 butuh membubuhkan darah pada ambang pintu, namun darahnya bukan Darah-Ku, melainkan darah kalian." Hal ini mengingatkan saya dengan apa yang tertulis dalam Wahyu 12:10-11, bahwa Iblis dikalahkan dengan dua hal, yakni Darah Anak Domba dan perkataan kesaksian dari umat yang ditebus oleh Darah tersebut. Itu artinya kuasa kesaksian ini sama kuatnya dengan Darah Anak Domba.

Namun perkataan kesaksian yang bagaimanakah itu? Itu adalah kesaksian karena tidak mengasihi nyawa sendiri sampai ke dalam maut. Itu adalah kesaksian karena kasih dan cinta kepada Tuhan melebihi nyawa kita sendiri. 

"Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." - Yohanes 12:25-26

Jalan Perbudakan, Jalan Pengabdian

Menarik sekali bahwa setelah Tuhan Yesus mengatakan perkara tidak mencintai nyawa kita sendiri di dunia ini, Beliau melanjutkan dengan perkara cara melayani-Nya dengan mengikuti-Nya di manapun Diri-Nya berada. 

Sekarang coba perhatikan ketentuan mengenai perbudakan berikut ini,

"Apabila engkau membeli seorang budak Ibrani, maka haruslah ia bekerja padamu enam tahun lamanya, tetapi pada tahun yang ketujuh ia diizinkan keluar sebagai orang merdeka, dengan tidak membayar tebusan apa-apa. Jika ia datang seorang diri saja, maka keluarpun ia seorang diri; jika ia mempunyai isteri, maka isterinya itu diizinkan keluar bersama-sama dengan dia. Jika tuannya memberikan kepadanya seorang isteri dan perempuan itu melahirkan anak-anak lelaki atau perempuan, maka perempuan itu dengan anak-anaknya tetap menjadi kepunyaan tuannya, dan budak laki-laki itu harus keluar seorang diri. 

"Tetapi jika budak itu dengan sungguh-sungguh berkata: Aku cinta kepada tuanku, kepada isteriku dan kepada anak-anakku, aku tidak mau keluar sebagai orang merdeka, maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap Allah, lalu membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk telinganya dengan penusuk, dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup." - Keluaran 21:2-6

Setiap budak di tanah Israel wajib mengabdi kepada tuannya selama 6 tahun. Setelah budak itu menyelesaikan kewajibannya, maka ia akan menjadi orang yang merdeka sepenuhnya dan tidak di bawah perbudakan siapapun. Namun, ia bisa juga memilih untuk terus mengabdi kepada tuannya seumur hidupnya, dan hal itu hanya bisa dilakukan karena pertama-tama ia mencintai tuannya. Tanpa cinta kepada tuannya, mustahil ia akan mau menghabiskan sisa hidupnya sebagai budak.

Dan sebagai tanda bahwa ia adalah budak yang mengabdi seumur hidup karena cinta dan bukan budak karena memiliki kewajiban mengabdi, maka tuannya akan membawanya ke pintu atau tiang pintu (lambang dari Chet) untuk memasangkan tanda semacam anting-anting di telinganya sebagai tanda sah bahwa ia adalah budak yang mengabdi seumur hidup.

Perhatikan, bahwa ketika darah yang keluar dari telinga budak itu dan melekat pada tiang pintu, itulah yang dimaksud Tuhan sebagai darah yang harus ada untuk kita memasuki tahun yang baru Ayin Chet 5778 nanti. Artinya Tuhan hendak berkata bahwa jalan satu-satunya untuk kita berkemenangan memasuki masa yang baru, untuk kita bisa mengimbangi selesainya Zaman Anugerah, adalah ketetapan hati kita sendiri untuk total mengabdi kepada Tuhan karena kita lebih mencintai-Nya daripada kita mencintai diri kita sendiri. 

Di 5778 nanti, kita tidak bisa mengabdi kepada Tuhan karena kita tidak punya pilihan, atau karena hidup kita sudah hancur, atau karena kita merasa masa depan kita sudah suram. TIDAK! Namun kita mengabdi karena kita memang mencintai-Nya, simply because you love Him so much. Dan cinta itulah yang akan mengalahkan maut dan Iblis Naga Merah itu.

"Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!" - Kidung Agung 8:6

Tanpa menjadi budak-Nya yang mengabdi secara total dan penuh cinta seumur hidup, maka takkan ada kehidupan yang berkemenangan setelah Zaman Anugerah berakhir. Sedangkan mereka yang merasa memiliki kehendak bebas, merasa bahwa hidupnya masih miliknya sendiri, merasa bahwa dengan Tuhan masih bisa bernegosiasi, maka cepat atau lambat mereka akan mencapai satu titik, menyerah kepada Roh Tuhan atau diserahkan kepada kebinasaan dari egonya sendiri.

Jalan pengabdian sebagai budak, BUKAN jalan pengabdian sebagai hamba. Sebab hamba masih memiliki hak atas upah yang dia boleh terima, namun budak sama sekali tidak memiliki hak apapun, itu sebabnya hanya cinta kepada tuannya yang bisa memotivasinya untuk mengabdi seumur hidup. Budak tidak pernah menuntut upah atau apapun itu, budak mempersembahkan seluruh hidup dan hatinya kepada tuannya.

Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.

About Windunatha

My photo
An ENTP Person. Saksi Terakhir Sebelum Segalanya Berakhir. One Of The Remnant In The Last Days.